Tak Kenal Maka Tak Sayang

MELATIH DIRI DAN KELUARGA MENJADI GENERASI HEBAT BERMARTABAT

Assalamualaikum wr wb, sahabat sekalian selamat datang di blog pribadi saya triznie.kurniawan.wordpress.com

Akan banyak tulisan-tulisan saya yang akan saya post di blog ini, menurut pendpat beberapa teman, lebih enak nulis langsung di blog pribadi. Baiklah akan saya coba serius nulis mulai WFH ini.

Walaupun sebenarnya saya sudah kenal bloging udah lama namun blas, gak pernah serius menulis. Biasanya sering buat akun terus ditinggal begitu saja terbengkalai, kalah dengan beberapa kegiatan utama yang lain. Maklum saya ibu rumah tangga dengan dua buah hati yang masih kecil sekaligus anak rantau yang juga mengabdi sebagai guru pesisir selatan madura.

Saya sangat senang bisa bebas nulis whatever i want disini dan bisa langsung publishing disini. Mohon maaf untuk para pembaca senior yang mungkin nanti membaca tulisan-tulisan amatir saya. Mohon kritik dan saran yang membangun.

Terlebih untuk para sahabat saya yang tergabung dalam KALIMAT mari kita saling dukung.

udah dulu ya, perkenalan dan basa basinya. hihihihi….

Kunci Surgaku

“Biarkan rindu menemui takdirnya

Diantara garis cakrawala senja

Bukan tentang siapa dan mengapa

Melainkan tentang sesak dada

Yang membuncah tak kunjung sia

Titik terlemahku aku mengadu

Bahwa aku ingin temu

Tak sekedar tiap minggu”

@Triznie.kurniawan_pesisir_selalu_merindumu
"Aku hanyalah ikan kecil yang terjebak diantara jaring-jaring nelayan, berusaha keluar diambang kehancuran bertahan terlalu menyakitkan"

WORK FROM HOME and WIFE FOR HOME 🏡

Jumat, 27 Maret 2020 Pesisir Selatan Madura
 Triznie_kurniawan

Entahlah mengapa sekarang saya lebih senang berada di rumah, untuk mengurus dua buah hati dan menyambut kedatangan suami tercinta @ArifKurniawan. Tentunya karena muncul nya surat kedinasan yang mengharuskan kami belajar Dan bekerja dari rumah.

Jujur, banyak yang bisa dilakukan di rumah bersama keluarga. Sembari tetap bisa mengabdi pada negara. Masa-masa emas yang bahkan Akan sangat jarang kami temukan. Hanya karena pandemi ini, kami bisa begini.

Bukan berarti Saya sudah tidak lagi ingin menjadi guru dari anak-anak pesisir lagi. Karena walau kami tidak bisa belajar bersama di Sekolah, kami tetap intens belajar bersama dari rumah.

Kami terhubung dengan grup WhatsApp juga mngerjakan kuis yang Saya buat kan dari Google form. Hal ini sudah lama kami lakukan, bukan karena Ada pandemi saja. Jadi alhamdulillah bersyukur sekali kami sudah jauh hari menyiapkan diri belajar bersama online. Walaupun mereka Hidup di pesisir dengan fasilitas yang sangat terbatas. Mereka tetap senang bahkan orangtua pun mendukung mereka lebih antusias.

Pun ada beberapa Wali murid yang sedang bekerja di luar negeri yang dengan segala keterbasannya tetap memantau perkembangan buah hatinya melalui kami.
Rasa-rasanya bekerja dari rumah adalah surga bagi kami para istri yang ingin mengabdi untuk negeri sekaligus tetap menjadi istri idaman suami.

Jauh dalam lubuk Hati, Ada segores keresahan yang selalu membuncah ingin mengungkapkan segala. Khawatir ketika mereka anak didik kami tak lagi mendapat Pelajaran tingkat laku Dan Pendidikan karakter yang pastinya tak mereka dapatkan jika hanya dengan kelas online. Entahlah, kecamuk dalam diri seolah tak bisa lagi tereksekusi.
Menikmati setiap peristiwa Dan mengambil hikmah dari Semua rencana NYA.
***
Subuh ini udara segar masuk menelisik setiap sudut ruang yang aku lihat. Rupanya semilir itu masuk melalui celah jendela kaca hijau di rumah tua bagian depan ini. Perlahan kupegang gagang pintu dan mulai kuputar searah jarum jam, “klek…” suara kunci terbuka dan kutarik pegangan pintu itu. Sepoi angin subuh mulai menyapu pipiku tanpa kurencanakan segera kupejamkan mata sejenak untuk menikmati kelembutannya.

MasyaAllah betapa nikmat Allah masih begitu besar sampai pagi ini aku diberi kesempatan bernafas lega dan tentunya gratis tak perlu membeli apalagi mencari-cari. Semoga saudara sebangsa tanah airku yang sedang tergolek lemas tak berdaya di rumah sakit itu kembali segera pulih dan bisa berkumpul kembali dengan keluarga mereka.

Begitupun dengan pahlawan kesehatan yang tengah berjuang mati-matian melawan penjajah tak kasat mata yang menyebut namanya saja aku mulai bosan dan terlalu sakit hati ini melihat semua yang terjadi. Bukan, ini bukan mimpi ditengah hari yang nanti akan hilang menguap bersama panasnya air laut di pesisir ini, bukan. Ini nyata, pandemic yang hanya dalam hitungan hari telah berhasil memporak-porandakan banyak negeri.

Sungguh sangat kuat terasa Kuasa Ilahi Rabbi ketika kami sibuk dengan hingar bingar serta gegap gempita dunia, sedikit saja diberikan peringatan dengan makhluk kecilnya yang jujur saya akui luar biasa. Sehingga kita khususnya saya makhluk tak berdaya ini mulai kembali menata hati dan mengevaluasi diri, baik secara kebersihan jasmani tentunya juga rohani.

Tenaga medis yang setiap hari dag dig dug berhadapan dengan pasien tak pernah saya membayangkan apa yang sedang bergejolak dalam hati mereka. Tentunya inilah yang disebut pertahanan negara tanpa senjata, betapa ilmu pengetahuan dan Agama sangat erat hubungannya.

Disinilah saya mulai tersadar betapa kita sebagai manusia masih sangat kerdil bahkan dihadapan Makhluk ciptaannya yang teramat kecil.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai